Sabtu malam, 31 Oktober 2009 saya dan kawan-kawan merasakan sesuatu yang sangat istimewa, ketika kami duduk bersama menikmati tembakau dan coklat panas,..tiba-tiba tata’ mandong masuk ke dalam bilik kamarnya dan menggambil sebuah alat musik kecapi dan dengan duduk bersila didepan kami mulai memainkan alat musiknya dan bernyanyi dengan suara yang yang khas penuh kesederhanaan, malam itu angin bertiup kencang, namun kencangnya angin dan dinginnya malam itu tak membuyarkan konsentrasi kami menikmati merdu alunan musik serta pesan-pesan yang disampaikan tata’ mandong lewat lagunya..Seperti ada mistik memenuhi rumah panggung yang sederhana itu,..sebahagian yang disampaikan tata’ mandong yang bisa saya mengerti, katanya manusia mesti menjaga sikap sebagai manusia dan kelestarian alam, diantarannya Bawakaraeng dan sungai jeneberang,
Dari ekspresi wajah tata’ yang makin usur termakan oleh usia dia masih menjaga komitmentnya dengan meninggalkan desanya untuk total menjaga kelestarian lingkungan, Namun tak bisa dia tutupi kerinduannya sebagai manusia biasa. Tata’ juga bercerita bahwa keamanan dan kedamaian lebih berharga dari materi, tolong hentikan membakar hutan, menebar racun di sungai-sungai,karna kemungkinan ada longsor besar susulan yang bakal terjadi.
Di belakang rumah panggungnya yang sederhana tata’ punya .kolam ikan, yang ikannya diperuntukkan untuk siapa saja katanya, suatu bukti bahwa ditengah kehidupan yang serba material, masih ada sosok Tata’ mandong yang mau berbagi. Berharap lahir banyak manusia-manusia yang punya komitmen dan sikap seperti tata’ mandongAkhirnya kawan klo kita rindu pada Lembah Ramma Ayo kita jalan lagi klo ada kesempatan, Jangan Kalian takut dalam gelapnya malam dan kencangnya hembusan angin,Karna bulan, bintang menjadi teman yang akan iringi kita menembus malam kawan dan di sana ada sosok tata’ mandong yang sederhana dan mau berbagi,…
0 komentar:
Posting Komentar