Hujan dan angin kompak
Berkolaborasi dengan apik
Kaki-kaki jatuh begitu sangat malas
Maret berlalu dengan sedikit cerita
Langkahku terhenti di depan sebuah warung kopi
Awal April yang dingin entah sampai kapan???
Di sebuah pojok nafas yang penuh sesak
Terasa detak jantung cepat tak berkata-kata
Melahirkan bahasa banyak makna bungkam
Kerongkongan sangat hendak berkata jelas dan singkat
Rasa cinta itu kembali terkalahkan
Guntur sesekali bergemuruh dari langit
Kilat-kilat dengan pintarnya menyela
Pelan hujan berjatuhan membasahi bumi
Melahirkan aroma tanah merasuki jiwa anak-anak manusia
Doa-doa dan harapan-harapan itu bertebaran
Dilangit hitam di malam yang memabukkan, membius dan kampungan
Bergetar seluruh badan antri mencari kata yang tepat
Agar tak ada yang tersinggung dan marah
Suatu saat akan ada sebuah pesta yangs sederhana
Mempersatukan dua jiwa duduk manis dipelaminan tersenyum
Membuat iri malaikat dan penghuni surga
Hingga mabuk menyaksikan senyum bahagia itu
Maaf malaikat kalo ajakanmu ditolak
Buat mampir bertamu di istanamu yang mewah
Dimana kau suguhkan minuman dan makanan super lezat
Berharap membuat tak ingin beranjak dan terlena
Tak usah…Jangan…itu semua memanjakan dan melemahkan kami
Tak perlu kamu menutup matamu
Menyaksikan kami berdua tersenyum dan menangis
Di tepi sebuah sungai yang didatangi dan memiliki nama
Sambil sesekali menghadap kesebuah tebing beberapa warna
Ditemani semangkok mie telur yang hangat + segelas kopi
Tak usah juga kamu merasa bersalah
Karena keangkuhanmu yang tetap menjulang tinggi
Tajam dan cantik seperti stalagtik-stalagtik didalam goa
Sebab kini kami mengerti…!!!
Senin, 04 April 2011
Malaikat Pun Cemburu
Diposting oleh
Andi Iccank Baharuddin
di
08.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label:
Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar